Sabtu, 08 Juli 2017

Pengalaman Pahit yang menjadikan Pemimpin

Kita adalah manusia yang selalu berada dalam proses kesukaran. Kesukaran selalu menimpa Kita jika kita masih hidup dibumi pertiwi. Bagaimana tidak, semenjak kita dilahirkan pertama sekali di bumi, banyak oknum yang terlibat dalam hal kesulitan dalam proses yang begitu sukar.  Banyak individu mengelak kesukaran dalam hidup, dan ada juga beberapa individu yang membiarkan kesukaran menimpanya sebagai realita kehidupan. Namun dari sisi logika berpikir manusia saat ini, lebih banyak mengelak kesukaran dalam hidup karena beberapa fitur canggih yang begitu cepat. Hal ini juga dapat kita buktikan dalam dunia pendidikan, terutama ketika peserta didik didalam satu lembaga pendidikan lebih banyak yang tidak menyukai mata pelajaran yang sukar seperti halnya matematika atau yang lain sebagainya. Karena proses dalam mempelajari dan mengalami kesukaran dalam hidup begitu pahit rasanya.

Dalam hal ini saya bermaksud untuk mengarahkan kita kearah kesukaran tersebut dan menjadi seorang yang benar benar diandalkan. Kita memang banyak yang tidak menyukai kesukaran dalam hidup sehingga kita juga tidak banyak yang terlahir sebagai pemimpin. Mau jadi pemimpin? Biarkan kesukaran menimpa anda. Kita harus tetap mengingat pepatah “Pengalaman Adalah Guru Yang Terbaik”, artinya bahwa refleksi terhadap pengalaman itulah yang menjadi guru yang terbaik. Banyak orang yang melewatkan pengalaman-pengalaman berharga dalam hidupnya tanpa refleksi, sehingga hidup mereka tak pernah disentuh, diasah, dan diubahkan. Inilah yang membedakan mereka yang menjadi pemimpin dan non pemimpin.

Dalam konteks kepemimpinan ada banyak konsep yang begitu gemilang untuk kita pelajari, namun bukan berarti semua konsep dapat kita jalani. Namun dalam naluri berpikir saya, setiap orang pasti pernah melewati pengalaman-pengalaman yang dramatis, bahkan traumatis,dalam hidupnya, dan respon mereka terhadap pengalaman tersebut itulah yang mengorbitkan mereka sebagai pemimpin. Hal inilah yang saya maksud sebagai Crucibles Leadersip. Namun dalam konteks ini Crucibles leadership adalah pengalaman yang intens dan transformatif yang mampu menghadirkan identitas diri bagi yang melewatinya. Pengalaman-pengalaman ini sulit bahkan pahit, namun kita dapat menganalisis kehidupan dan mendefinisikan siapa diri kita dan bagaimana target yang harus dicapai agar pengalaman pahit yang menjadikan kita tenggelam bahkan mengeluarkan air mata selama beberapa waktu, untuk kemudian tegar kembali dan mempersiapkan hidup ditingkatan baru yang lebih tinggi.

Ada beberapa contoh pengalaman pahit yang banyak kita rasakan seperti halnya kehilangan orang yang kita kasihi, sewaktu kecil sudah kehilangan kedua atau salah satu dari orang tua kita, atau bahkan perlakuan orang tua yang tidak bertanggung jawab semenjak kecil hingga dewasa, Dipecat dalam pekerjaan, dihianati oleh sahabat sendiri, dan yang paling hits adalah berada dalam keluarga miskin dan kurang mampu secara ekonomi. Hal inilah yang harus kita bangkitkan menjadi suatu momen yang membuat pribadi kita melewati masa sukar menjadi masa penuh keuletan dan mengartikan kesukaran sebagai reaksi untuk perubahan terhadap momen-momen tersebut.

Saya mengutip dari sebuah pernyataan dari San Sanjaya, PhD seorang international expert dibidang servent leadership yang menyatakan Hidup selalu memiliki cara untuk memberi kita pukulan-pukulan telak dimuka kita yang membuat kita jatuh. Yang akan membuat kita berbeda adalah apakah kita akan terus jatuh dan bangun kembali. Bukan hanya bangun, tetapi belajar dari kejatuhan, dan bangkit dengan sebuah keyakinan baru yang kokoh ( What does not kill me only makes me stronger).

Ada banyak pemimpin yang mendunia tentang konsep ini seperti halnya Mahatma Gandhi sebagai pejuang penolakan Diskriminasi, dan Hak asasi Manusia, Nelson Mandela Presiden Afrika Selatan yang pernah dipenjara karena dianggap berbahaya bagi Negara dengan semangat anti Apertheid. Terlahir dibumi sebagai manusia itu sama derajatnya dimuka pencipta. Kaya, miskin, berada dalam keluarga yang broken home, itu tidak menjanjikan kehidupan kita berbeda dengan orang yang lebih besar pangkatnya dari kita. Tulisan ini menginspirasikan supaya kita berbenah diri dan mengingatakan kita kepada mimpi mimpi yang kita dambakan dibumi.

Jangan pernah berhenti untuk bermimpi karena tuhan sendiri punya rencana bagi hidup kita serta panggilan hidup yang ia berikan. Justru saat kita mengeluh sakit mengalami derita itu dari dekat kita mengalami anugerahnya. Semiskin apa pun kita seburuk apapun keadan kita semuanya itu adalah pengalaman pahit yang harus terus kita kobarkan dalam diri untuk menjadi yang lebih baik sebagai pemimpin. Memang tidak mudah, tetapi satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya adalah “Jangan Takut”. Jangan takut menjadi yang terbesar diantara sesama kita. Ketika seorang pemimpin terlahir dalam pengalaman pahit yang menjadikan dia pemimpin tidak menutup kemungkinan dia adalah seorang pemimpin dambaan yang banyak orang inginkan. Kita harus optimis menuju kehidupan kita yang lebih baik. 

Penulis: Rio Arnot Saragih

Tidak ada komentar:
Write komentar