Jumat, 07 April 2017

Begini Pesan Kebhinnekaan Ahok di Markas GP Ansor yang Membuat Anies dan Pendukungnya “Kejang-Kejang”

Dapatkah pembaca Seword percaya bahwa Ahok yang dituduh sebagai penista agama dapat menulis sesuatu yang baik dan indah kepada kawan-kawan dan saudara-saudara beragama Muslim? Masihkah para kaum bumi datar dan kaum sumbu pendek mengatakan bahwa Ahok sedang melakukan pencitraan saat ini untuk memenangkan Pilkada DKI? Hari ini, Jumat 7 April 2017, merupakan hari kedatangan Pak Ahok di kantor GP Ansor, yang ditemani juga calon wakil gubernur periode dua, Djarot Saiful Hidayat.
“Tetap pertahankan Islam yang Rahmatan lil Alamin dan wujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat bersama pemerintah yang sah sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. 10 Rajab 1438 H/ Jakarta 7-4-2017. Basuki Tjahaja Purnama/Ahok,” – Tinta Ahok dalam pesannya di kantor GP Ansor, Senen, Jakarta Pusat, Jumat
Ahok Memperjuangkan Kebhinnekaan, Anies Malah Katakan Sebaliknya
Ahok yang sekarang merupakan terdakwa penista agama, yang sedang menjalankan proses hukumnya, malah menunjukkan bahwa ia adalah seorang nasionalis yang juga memiliki jiwa toleransi kepada orang-orang yang berbeda agama dengannya. Ia memiliki semangat kebhinnekaan yang menurut Anies, tidak lagi perlu diperjuangkan.
Pesan Seorang Sahabat
Menjaga Islam yang Rahmatan Lil Alamin, menjadi satu pesan Ahok kepada para pemimpin dan anggota GP Ansor. Inilah pesan seorang sahabat yang berbeda keyakinan, dan senantiasa menjadi sebuah pesan yang mendalam. Bahkan tanpa harus sama keyakinan, kita harus percaya bahwa kita ini manusia yang hidup berdampingan satu sama lain.
Pesan Tertulis Seorang Sahabat
Justru dengan kedatangan Pak Ahok dan pesan tertulisnya yang dituliskan di atas kanvas, menunjukkan bahwa perjuangan untuk mempertahankan ke-bhinneka-an itu merupakan suatu hal yang harus terus diperhatikan. Jangan sampai kita lengah karena ada Anies Baswedan yang mengatakan tidak perlu memperjuangkan ke-bhinneka-an Indonesia. Dalam hal ini, Anies justru bertolak belakang dengan Pak Ahok.
Bagaimana mungkin Pak Basuki Tjahaja Purnama jika benar-benar menista agama, melakukan kebaikan bagi orang-orang yang agamanya dinistakan? Sungguh tidak masuk ke logika, bahkan orang bodoh sekalipun dapat mengerti hal ini. Maka bukanlah suatu hal yang berlebihan apabila kita mengatakan bahwa Ahok sama sekali tidak memiliki niat untuk menistakan agama Islam.
Apa Agenda Kunjungan ke Kantor GP Ansor?
Kunjungannya ke kantor GP Ansor menandakan ikatan silaturahmi yang erat antara Pak Basuki Tjahaja Purnama dan Pak Djarot Saiful Hidayat, dengan tokoh-tokoh agama GP Ansor yang erat. Lalu apa agenda Pak Basuki Tjahaja Purnama dan Pak Djarot Saiful Hidayat datang ke kantor GP Ansor?
“Agendanya, nostalgia dan makan-makan enak,” – Djarot Saiful Hidayat
GP Ansor yang juga merupakan organisasi dari PBNU (Nahdlatul Ulama) merupakan salah satu organisasi keagamaan yang memiliki pandangan Islam Nusantara, sejalan dengan pemikiran Djarot. Djarot mengakui bahwa pandangannya selaras dengan citra Islam yang diperlihatkan oleh PBNU.
“Kemudian kita juga berjuang untuk mensyukuri nikmat yang diberikan Allah bahwa Indonesia dikaruniai berbagai macam keragaman, pluraritas, sehingga dengan sangat bijak oleh para nenek moyang kita dibuat semboyan Bhinneka Tunggal Ika,” – Djarot Saiful Hidayat
Djarot tiba terlebih dahulu dan kemudian mengikuti shalat Jumat di Masjid KH Abdurrahman Wahid, yang terletak di Gedung GP Ansor. Sementara Ahok tiba sekitar pukul 13.30 WIB, setelah shalat Jumat yang dilakukan oleh rekan-rekannya yang beragama Islam. Saat melaksanakan salat Jumat, Djarot didampingi oleh Sekjen Partai Golkar Idrus Marham.
Belajar Kebhinnekaan dari Pak Ahok
Setidaknya ada satu hal yang ditunjukkan Pak Ahok di dalam pesan diberikan kepada pimpinan di Kantor GP Ansor, yaitu pesan memperjuangkan kebhinnekaan, memperjuangkan kebhinnekaan, dan memperjuangkan kebhinnekaan.
Ahok mengajarkan kita satu hal. Kebhinnekaan tidak berbicara agama, suku, dan ras. Kebhinnekaan ini mutlak diperjuangkan. Jangan jadi orang-orang yang seperti Anies mengatakan dengan mudahnya “Kebhinnekaan tidak perlu diperjuangkan”. Kalimat Anies membuktikan bahwa ia tidak pernah belajar sejarah kemerdekaan Indonesia, bahwa harga sebuah kebhinnekaan adalah darah dan keringat.
Betul kan yang Ahok tuliskan?
Penulis hans-sebastian/ di seword.com

Tidak ada komentar:
Write komentar